Saturday, January 18, 2014

internet dan micro finance

Internet dan micro finance 
Kemajuan internet nampaknya tidak hanya memberikan manfaat untuk para kaula muda dalam menjelajahi dunia sosial media yang semakin marak dan beragam , ternyata internet juga memberikan kemudahan dalam melaksanakan usaha mikro .

Vaia Indonesia adalah perusahaan penyediaan end-to-end solusi bisnis khusus. Salah satu bisnisnya adalah menyediakan layanan konsultasi dan solusi teknologi untuk lembaga keuangan mikro, seperti koperasi. Berikut penjelasan Tedy seputar dunia maya dan kaitannya dengan lembaga keuangan mikro. 

Mengapa internet penting bagi lembaga keuangan mikro?
Perusahaan kami mempunyai semangat ingin memajukan Indonesia dengan cara-cara terbaru. Di mana internet sendiri sudah ada dan berkembang pada abad 21 ini. Internet adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam membangun negara.
Sementara, microfinance itu bisa terdiri dari koperasi simpan pinjam, dan ada juga yang namanyacredit union. Ini hampir sama dengan koperasi simpan pinjam. Jumlah koperasi di Indonesia sendiri sudah sekitar 190 ribu koperasi. Mereka peranannya sangat penting dalam ekonomi Indonesia.
Koperasi itu modalnya kecil tapi misinya mulia. Karena modalnya terbatas jadi mereka nggak bisa membuka cabang dengan mudah. Sedangkan nasabah yang mereka harus jangkau bisa sampai ke pelosok-pelosok. Jadi, di sini internet berperan. Peran internet untuk menjangkau nasabah di pelosok itu besar.
Kalau di kota, mengakses internet lebih mudah. Misalnya melalui PC, atau perangkat lain. Di daerah terbatas dengan HP (ponsel). Tetapi, kami melihat semua nasabah di pelosok itu sudah banyak yang mempunyai HP, dan sudah terkoneksi dengan internet.
Semangat saya adalah bagaimana kita menggunakan internet di dunia microfinance. Koperasi kan pada dasarnya seperti pinjam uang. Bedanya hanya, mereka ada di daerah terpencil dan kebanyakan nasabah tidak bisa meninggalkan tempat usahanya, seperti pedagang di pasar atau petani di perkampungan. Mereka itu sulit datang ke bank. Jadi, satu-satunya cara harus disamperin.
Bagaimana cara melakukan transaksi di lokasi?
Sekarang kan kebanyakan manual, pakai kertas. Alhasil, banyak terjadi fraud (penipuan). Tidak semua petugas lapang itu jujur. Dari segi biaya juga tinggi karena petugas koperasi harus kembali ke kantor. Nah, dengan teknologi mereka akan bisa bawa satu laptop yang terkoneksi internet ketika mengunjungi nasabahnya. Dengan internet, fraud bisa dihindari, tidak perlu buka kantor cabang, dan petugas tidak perlu kembali ke kantor.
Apa yang bisa dimanfaatkan lembaga keuangan mikro lewat internet?
Internet itu juga punya kebudayaan. Tetapi, di sisi lain internet juga bisa menghilangkan batas budaya. Dan koperasi itu kan juga harus mencari donor untuk bisa meminjamkan dana ke anggotanya. Kalau saya bandingkan di Filipina, pengurus koperasi di sana sudah bisa berbahasa Inggris. Sehingga mereka bisa dengan mudah menelpon donor, misalnya, di Perancis, untuk meminta dana. Donor pun langsung memberikan dana bagi koperasi.
Sedangkan orang Indonesia itu pemalu. Kebanyakan orang kita malu berbicara dengan orang asing. Dan internet itu bagus sekali untuk memediasi antara orang di daerah dengan donor. Banyak sekali dana yang dikucurkan dari donor-donor luar negeri ke koperasi terpencil di daerah lewat internet. Karena koperasi dan donor kan tidak perlu bertatap muka. Pengurus, misalnya, bisa meminta tolong kepada yang lain soal bahasa. Lalu tinggal melengkapi laporan keuangan dan informasi lainnya untuk diberikan kepada donor. Akhirnya, banyak transaksi donor yang dilakukan karena internet. Jadi, internet bisa menghilangkan hambatan budaya dan geografis.
Mengapa diibutuhkan koneksi yang memadai?
Saya memerhatikan konektivitas setiap hari. Saat ini, operator telekomunikasi yang digunakan lembaga keuangan mikro bermacam-macam, tergantung daerahnya. Ada beberapa klien kami, yang misalnya, pakai Indosat. Jadi, setiap cabang koperasi bisa menggunakan operator yang berbeda-beda. Kalau 80-90 persen Indonesia terkoneksi dengan baik itu sangat membantu microfinance.
Kami sejauh ini belum ada kerja sama dengan operator. Tetapi ada pemikiran untuk itu, misalnya melakukan bundling dengan produk atau layanan kami. Kami punya visi untuk bekerja sama dengan operator.
Bagaimana kendalanya?
Sumber daya di Indonesia belum siap, yakni skill sumber daya manusia banyak belum mendukung. Tidak semua orang Indonesia bisa memakai internet. Akan tetapi, petugas koperasi  masih bisa dilatih untuk menggunakan internet.
Peraturan pun demikan. Di dunia microfinance, itu peraturan Bank Indonesia banyak yang menghalangi penggunaan internet oleh kalangan bawah. Seperti e-money, BI membatasi transaksi Rp 5 juta. Padahal transaksi banyak di atas Rp 5 juta. BI perlu dilobi untuk membuat peraturan lebih fleksibel.
Bagaimana prospeknya?
Ke depan, bisa saja membeli pupuk lewat HP. Sekarang untuk membeli pupuk perlu melewati banyak mediator, sehingga harga yang sampai ke petani itu tinggi sekali. Mereka juga sering dibohongi, yakni harusnya membeli pupuk A, tetapi yang dijual pupuk B. Kalau ada akses ke internet, petani bisa mendapatkan produk yang tepat. Ya untuk ini, saya kira pelan-pelan. Saya kira, di Indonesia, tidak lama lagi penggunaan internet akan sampai ke masyarakat bawah.

0 comments:

Post a Comment